Sejarah Kota Lama Semarang – Siapa yang pernah ke Kota Lama Semarang? Berkunjung ke salah satu lokasi wisata bersejarah di Kota Semarang ini akan membuat kamu seperti terhempas ke masa lalu, terlebih jika kamu menjelajahinya menggunakan sepeda. Atmosfer masa lalu akan semakin kuat terasa terutama di sekitar bangunan kuno peniggalan Belanda pada masa itu.
Sejarah Kota Lama Semarang Masa VOC
Namun tahukah kamu bagaimana Belanda atau dalam hal ini VOC dapat membangun pemukiman di sana? Siapa yang memberikan wilayah tersebut dan kejadian apa sih yang menjadi latar belakanginya. Kita akan bahas satu persatu dengan pendekatan sejarah yang runtut agar kamu dapat melihat gambaran utuhnya. Pada awalnya hal ini dipengaruhi oleh mangkatnya Sultan Agung Hanyokrokusumo yang merupakan raja Kesultanan Mataram yang kemudian digantikan oleh putranya.
Amangkurat I Naik Tahta
Sri Susuhunan Amangkurat Agung atau biasa disebut dengan Amangkurat I diangkat menjadi raja Kasultanan Mataram pada tahun 1646. Ia mendapatkan warisan berupa wilayah Mataram yang sangat luas meliputi sebagian besar wilayah Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Tahun-tahun awal pemerintahan Amangkurat banyak ditandai dengan eksekusi dan pembantaian terhadap musuh-musuh politiknya.
Penumpasan musuh politik termasuk tokoh-tokoh senior kerajaan membuat beberapa anggota kerajaan lainnya termasuk adik dari Amangkurat I, yaitu Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo, geram dan melancarkan pemberontakan. Keputusan ini mendapat dukungan dari para ulama yang kebanyakan menetap di wilayah Jawa Timur, namun sayangnya pemberontakan ini gagal.
Pada tahun 1659 Amangkurat I mencurigai ayah mertuanya sendiri, Pangeran Pekik, terlibat dalam memimpin sebuah persekongkolan yang menculik calon selirnya, Rara Oyi, karena Adipati Anom juga ingin memperistrinya. Lalu dia memerintahkan untuk membunuh Pekik beserta para kerabatnya, namun Adipati Anom diampuni setelah membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri.
Pembantaian wangsa kebangsawaan Jawa Timur yang paling penting ini menciptakan keretakan antara Amangkurat dan para kawula Jawa Timur dan menyebabkan konflik dengan putranya Pangeran Adipati Anom yang juga merupakan cucu Pekik.
Mulainya Pemberontakan Trunojoyo
Pangeran Adipati Anom mulai merencanakan pemberontakan diam-diam melawan ayahnya sendiri. Ia meminta bantuan kepada ulama sekaligus kerabat istana Mataram, Raden Kajoran, yang kemudian menggunakan menantunya, Trunojoyo, sebagai alat pemberontakannya.
Trunojoyo adalah seorang bangsawan Madura dengan gelar Panembahan Maduretno yang tinggal di Mataram setelah Madura dikuasai oleh Sultan Agung. Ia dengan cepat berhasil menguasai madura yang pada saat itu dipimpin oleh Cakraningrat II, terutama karena masyarakat Madura pada saat itu tidak menyukai penjajahan Mataram.
Namun timbul perselisihan antara Trunojoyo dengan Adipati Anom yang mengakibatkan Trunojoyo tidak memberikan kekuasaan pada Adipati Anom sesuai dengan rencana semula. Karena Adipati Anom gagal mengendalikan Trunojoyo, maka ia kembali memihak ayahnya Amangkurat I.
Meskipun demikian, pada tanggal 28 Juni 1677 Trunojoyo berhasil menguasai istanah Plered yang mengharuskan Amangkurat I dan Pangeran Adipati Anom melarikan diri dari istanahnya. Dalam pelariannya Amangkurat I jatuh sakit dan menunjuk Adipati Anom sebagai penerusnya, sebelum ia meninggal pada 13 Juli 1677, ia berwasiat kepada Adipati Anom yang nantinya bergelar Amangkurat II untuk meminta bantuan VOC untuk mengalahkan Trunojoyo.
Kerjasama Dengan VOC Yang Mengalahkan Trunojoyo
Sebagai tanggapan atas permintaan intervensi oleh Mataram, VOC mengirim armada besar yang berisi pasukan Indonesia dan Eropa, yang dikomandoi oleh Laksamana Cornelis Speelman untuk berlayar ke Surabaya, yang merupakan markas Trunajaya.
Setelah perundingan gagal, pasukan Speelman menyerbu Surabaya dan berhasil merebutnya. Pasukan tersebut melanjutkan membersihkan para pemberontak dari daerah sekitar Surabaya. Pasukan VOC juga merebut Madura, pulau asal Trunajaya, dan menghancurkan kediamannya di sana. Trunajaya melarikan diri ke Surabaya dan mendirikan ibu kotanya di Kediri.
Kompensasi untuk VOC atas keberhasilannya mengalahkan Trunojoyo
Kekalahan demi kekalahan dialami oleh Trunojoyo sapai akhirnya ia ditangkap dan dieksekusi oleh Amangkurat II pada tahun 1680 di Payak, Bantul. Sesudahnya Mataram berhutang biaya peperangan yang besar pada VOC dengan nilai kurang lebih 1,5 Juta real yang setara dengan lima kali harta kerajaan. Hal ini belum termasuk sebagian kota di pesisir utara Jawa Tengah yang dijanjikan akan diberikan kepada VOC oleh Mataram.
VOC Mendirikan Pemukiman Dengan Benteng
Pada abad ke 19-20 Semarang menjadi salah satu pusat perdagangan paling penting dan ramai di Jawa. Setelah di berikan kawasan oleh Mataram, VOC lalu mendirikan sebuah pemukiman lengkap dengan benteng untuk melindungi penduduknya. Dilihat dari kondisi geografi, tampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga tampak seperti kota tersendiri dengan julukan “Little Netherland”.
Masih Menjadi Peninggalan Sampai Sekarang
Sampai saat ini setidaknya masih ada sekitar 50 bangunan kuno dengan gaya khas Eropa yang populer pada tahun 1700-an, kamu tidak akan bosan mengabadikan setiap sudut Kota Lama ini dengan kameramu.
Oleh karena itu, tidak heran jika Kota Lama ini juga menjadi salah satu ikon wisata primadona bagi warga Kota Semarang yang terkenal sampai Mancanegara, yang pastinya wajib kamu kunjungi. Rencananya Kota Lama Semarang juga akan diajukan oleh Situs Warisan Dunia UNESCO karena nilai sejarahnya. Kamu bisa melakukan banyak aktivitas di sini, mulai dari mengunjungi museum sampai menikmati secangkir kopi di café yang masih mempertahankan bangunan kuno bersejarah di Kota Lama. Nuansa klasik dan indah dipadukan dengan sentuhan perabot modern akan mebuat kamu bernostalgia selama di Kota Lama Semarang ini